Rabu, Januari 14, 2009

PERLOMBAAN


Dalam sebuah perlombaan lari anak-anak, Mereka semua berjajar,begitu penuh harapan; masing-masing ingin memenangkan perlombaan atau menjadi yang pertama, atau setidaknya merebut tempat kedua. Orangtua mereka menonton dari pinggir, masing-masing menyemangati anak mereka. Masing-masing anakpun berharap bisa menunjukkan kepada keluarganya bahwa dialah yang akan menjadi sang juara.

Pluit ditiup dan mereka pun melesat, seperti kereta perang terbakar. Menang dan menjadi pahlawan di tempat itu adalah keinginan setiap anak laki-laki.

Salah seorang anak, yang ayahnya berada dalam kerumunan, berlari memimpin dan berpikir,”Ayahku akan sangat bangga.



Tetapi pada saat melesat melintasi lapangan dan menyeberangi turunan dangkal, anak kecil yang mengira akan menang itu salah melangkah dan terpeleset. Saat ia berusaha keras menjaga keseimbangan, lengannya bergerak kesana kemari. Dan ditengah tawa orang banyak ia terjerembab.

Saat ia jatuh,harapannya pun ikut jatuh-ia tidak bisa memenangkan perlombaan itu sekarang.Merasa terhina, ia hanya berharap entah bagaimana bisa menghilang. Tetapi saat ia jatuh, ayahnya berdiri dan menunjukkan wajah khawatirnya, yang bagi anak itu berkata dengan jelas,”Bangun dan menangkan perlombaan!”

Anak itupun bangkit dengan cepat-tidak ada yang salah,kecuali sedikit tertinggal-dan ia berlari dengan segenap tekat dan kemampuannya untuk menebus jatuhnya tadi. Karena ia begitu gugup untuk mendapatkan tempatnya semula, untuk menyusul dan menang,pikirannya bergerak lebih cepat daripada kakinya.Ia terpeleset dan kembali jatuh.

Ia berharap saat jatuh tadi ia berhenti, dengan begitu ia hanya satu kali dipermalukan.”Sebagai pelari, sekarang aku tidak punya harapan.Seharusnya aku tidak mencoba berlomba.”Tetapi, matanya menembus kerumunan orang yang sedang tertawa, dan ia mencari serta menemukan wajah ayahnya yang tatapan tajamnnya kembali berkata,”bangun dan menangkan perlombaan!”

Jadi, ia pun melompat dan kembali mencoba, sepuluh meter di belakan peserta terakhir perlombaan.”Jika ingin menyusul sepuluh meter itu,”pikirnya, “aku harus berlari dengan benar-benar kencang!”.Dengan mengerahkan semua kemampuannya, ia pun mendapatkan kembali delapan meter, kemudian sepuluh meter...Tetapi saat berusaha keras menyusul pelari terdepan,ia terpeleset dan kembali terjatuh.Kalah!Ia berbaring disana tanpa suara. Air matanya menetes.

“Tak ada gunanya lagi berlari!Tiga kali gagal dan aku keluar!Mengapa harus mencoba?Aku sudah kalah,jadi apa gunanya?”pikirnya.”Aku akan hidup dengan rasa malu ini”Tetapi kemudian ia memikirkan ayahnya, yang akan segera ia hadapi.

“Bangun,”sebuah gema terdengar pelan,”kamu sama sekali belum kalah,karena satu-satunya hal yang harus kamu lakukan untuk menang adalah bangkit setiap kali jatuh.Bangun! Gema itu mendesaknya, “Bangun dan ambil tempatmu!Kamu tidak berada disini untuk gagal!Bangun dan menangkan perlombaan itu!”

Jadi anak itupun bangkit untuk berlari sekali lagi, menolak untuk kalah, dan memutuskan bahwa entah menang atau kalah, setidaknya ia tidak menyerah. Jadi, jatuh dibelakang peserta lain sekarang, paling jauh dibanding sebelumnya, ia tetap mengerahkan semua kemampuannya dan berlari seolah masih bisa menang. Telah tiga kali ia terjatuh, dan telah tiga kali pula ia bangkit. Meskipun tertinggal terlalu jauh untuk berharap akan menang. Ia tetap berlari hingga akhir. Orang-orang menyoraki anak lain yang melintasi garis dan memenangkan tempat pertama, dengan kepala tegak dan bangga dan gembira-tidak jatuh, tidak dipermalukan.

Tetapi, ketika anak muda yang jatuh itu melintasi garis, di tempat terakhir, kerumunan orang menyorakinya dengan lebih hebat karena ia menyelesaikan perlombaan. Dan meskipun ia tiba terakhir dengan kepala tertunduk, tidak bangga, jika mendengarkan kerumunan orang itu, Anda akan mengira ia telah memenangkan perlombaan.

Dan kepada ayahnya, dengan sedih ia berkata,”Aku tidak melakukannya dengan baik.”

“Bagi ayah kamu menang,”kata ayahnya.”Kamu bangkit setiap kali jatuh.”

Semua dalam kehidupan ini seperti perlombaan itu, penuh suka duka dan naik turun. Dan satu-satunya hal yang harus anda lakukan agar menang adalah bangkit setiap kali terjatuh. Dan ketika depresi serta keputusasaan berteriak lantang dihadapan kita, suara lain dalam diri kita berkata,”Bangun dan menangkan perlombaan!”

(Cerita disadur dari buku 'RAHASIA MENJADI ORANG SUKSES',-Ruben Gonzales)

Diambil dari http://www.tulisanmotivasi.blogspot.com/